Monday 27 May 2013

Tentang Hujan


Sumber: 9gag.com
Hujan, apa yang kamu pikirkan bila membaca kata tersebut?
Beberapa hari ini di kota dimana saya menghabiskan banyak waktu ini Jakarta, diguyur hujan. Entah itu pagi, kadang siang, tidak terlewatkan juga sering diwaktu sore atau bahkan malam dan tengah malam. Saya tidak terlalu suka hari hujan, tapi juga tidak terlalu membenci.

Saya senang melihat kaca jendela basah terpeciki air hujan, indah untuk dihilat. Tiba-tiba seperti dapet
efek dramatisnya. Dingin ketika disentuh. Dan itu entah mengapa menimbulkan rasa suka dan senang untuk menyentuhnya berkali-kali ditempat yang berbeda
Apalagi ketika saya berada dalam bis malam hari yang penuh dan tiba-tiba diluar hujan besar, bayangan tetesan air hujan di kursi bis atau di tangan saya, terasa lebih indah. Lebih menyejukkan.

Saya tidak suka efek syahdu yang dibawa rintikan hujan, saya suka keceriaan. Orang banyak memanfatkan hujan sebagai kamuflase agar tidak terlihat menangis dibawah deraian hujan tersebut. Kenapa hujan tidak dibuatnya ceria, kenapa harus disatukan dengan kenangan atau memori yang sedih dan pilu dimasa lalunya. Bukankah hujan sebenarnya berkah dari sang Maha Pencipta?

Banyak yang bilang bahwa hujan dapat meresonansi otak manusia sehingga dapat memunculkan lagi memori-memori masa lalu. Tapi kebanyakan yang menulis hal tersebut, mengingat memori yang sedih. Kenapa bukan muncul memori yang ceria yang membuat kita tiba-tiba tertawa sendiri ditengah hujan. Mungkin orang menganggap hujan adalah kesempatan untuk merenung dan melamun sejenak dari rutinitas sehari-hari, sehingga berkesempatan untuk mengenang memori “buruk” ketimbang memori “baik”. Memori pun relatif bagi masing-masing orang bukan? Ada yang mempunyai memori sama pada satu kejadian, tapi setiap orang yang mengalaminya mempunyai sudut pandang dari mana memori akan sejadian tersebut dipandangnya, apakah positif atau negatif.

No comments:

Post a Comment