Thursday 2 May 2013

#MalJumCeria Si Wanita Lontong (Diangkat dari Cerita Nyata)

Udah lama nih ga cerita-cerita, kamis kan sekarang, saatnya #MalJumCeria :D

Di tanah pasundan, tepatnya di daerah Bandung Utara, Lembang tepatnya, di sana wilayahnya masih asri, hijau, seger banget. Kalo kesana, kamu masih bisa mencium segarnya wangi daun-daun dipagi hari, even di siang hari pun udara masih terasa sejuk dan masih ada embun.

Cerita ini dimulai di salah satu desa di Lembang, Desa tersebut dikelilingi hijau dan segarnya tanaman Teh. Sepanjang mata memandang, hijau dimana-mana. Diselingi oleh para pekerja wanita dengan memakai topi caping yang sedang memetik pucuk teh. (pucuk-pucuk-pucuk *ulat-ulat berlomba makan pucuk teh -jadi keinget iklan itu) Rumah-rumah warganya masih bangunan lama,
belum banyak tersentuh modernisasi. Masih banyak warung-warung yang berjualan lontong dan gorengan di sela-sela kebun teh, lumayan banyak rezekinya, pembelinya siapa lagi kalau bukan para pekerja yang kelelahan memetik pucuk daun teh seharian.

Sore itu, sore biasa bagi (sebut saja namanya) Ma Ici, gorengan tempe, tahu dan bala-bala (bakwan jika di Jakarta) masih ada lumayan banyak, yang makan lepet (lontong) campur sambel oncom dan beberapa bala-bala dan gehu (gorengan Toge Tahu) pun ada 3 orang di warungnya, 2 orang bapak-bapak dan 1 orang pemuda dari desa tersebut, Awan namanya. Maghrib sebentar lagi tiba, warung tersebut tiba-tiba dikejutkan oleh pembeli wanita dengan baju putih bersihnya yang muncul tak tahu dari mana, berdiri langsung di depan warung Ma Ici.

Dengan sopannya sang wanita itu berkata "Punten Ma, meser lepet na hiji" (Permisi Mak, beli lontongnya satu). Ma Ici yang buru-buru tersadar dari kagetnya tersebut langsung mengiyakan pesanan si Wanita tadi, kebetulan masih ada 3 lontong. "Borong semua aja Neng, ga apa-apa 1000 3 biji, biasanya kan 500 satunya" kata Ma Ici.

"Ga Mak, beli satu aja" kata si wanita tersebut.

"Ini kalo begitu" Ma Ici sambil memberikan 1 buah lontong pada wanita tersebut.

Si Wanita memberikan uang Rp.500 lalu pergi. Ma ici, 2 orang bapak-bapak dan Awan terus memperhatikan perginya wanita tersebut hingga akhirnya tidak terlihat lagi.

Besoknya, Awan yang memang bekerja di Pabrik dekat desanya pulang agak sore, hampir mahgrib dia baru mau sampai rumahnya yang di ujung jalan Desa. Hingga ketika dia berjalan dan di depan warung Ma ici, dia kembali melihat wanita yang kemarin membeli lontong. Tapi Awan terus berjalan, karena memang sudah terlalu telat untuk sampai di rumahnya. Diam-diam Awan menaruh perhatian pada wanita tersebut, karena memang cantik khas pasundan, dengan pipi meronanya dan rambut hitam sepunggung, badan semampai yang dibalut gaun putih bersih.

Dua hari berselang, sore-sore sepulang kerja, Awan singgah di Warung Ma icih untuk membeli lontong siram sambel oncomnya yang enak dan pedas. Tak lama, yang dia tunggu-tunggu akhirnya datang juga, si Wanita kemarin itu datang lagi. Seperti biasa, dia hanya membeli 1 lontong lalu pergi. "Tikamari eta si Eneng teh meser lepet teh meni dicicil, hiji, hiji, duka dimana atuuh bumi na, luasan ka luar maghrib-maghrib kieu, pamali padahal mah" (dari kemarin, si Eneng itu beli lontong tuh dicicil, satu, satu, ga tau dimana rumahnya, berani dia keluar maghrib-maghrib gini, pamali padahal).

"Oh sering Ma, beli lontong disini?" tanya Awan penasaran, kepo-nya keluar.

"Udah ada 4 hari, pertama beli ituh waktu Jang Awan makan disini tea" ceriwis Ma Ici.

Awan makin penasaran dengan perempuan tersebut, penasaran karena sudah 4 hari berturut-turut wanita tersebut membeli hanya 1 buah lontong dan dengan datang tiba-tiba diwaktu maghrib pula. Besoknya Awan sengaja mejeng di warung Ma Ici sore-sore dengan kaca mata hitamnya (ga gitu juga kali) dengan gaya biasa, seolah-olah membeli lontong seperti biasanya. Sudah diduga sebelumnya, wanita tersebut datang ketika maghrib menjelang, dan seperti biasa pula, dia membeli sebuah lontong pada Ma Ici lalu pergi tanpa kata.

Awan yang penasaran ingin tahu identitas si Wanita lontong tersebut (sudah putus asa karena mencari di Fb dan twitter tak kunjung muncul identitas sang wanita tersebut karena memang tak tahu namanya) lalu mengikutinya, membuntutinya. Awan jaga jarak agar tak ketahuan. Setelah jauh mengikuti si Wanita tersebut, tiba di pertigaan, belok kanan atau kiri, si Wanita memilih belok kanan, jelas sekali Awan melihat wanita tersebut belok kanan. Lalu dengan masih jaga jarak, Awan mengikuti wanita tersebut, tapi ketika Awan sudah belok kanan, si Wanita sudah tidak ada. Benar-benar seperti ditelah bumi, diangkat UFO, HILANG. Awan tidak menaruh curiga sedikit pun, mungkin dia ketahuan mengikutinya lalu si Wanita bersembunyi. Awan pulang dengan menahan penasaran.

Besoknya dia lalu mengikutinya lagi, dan si Wanita kembali menghilang di belokan kemarin. Hari selanjutnya Awan mempunyai ide yang lebih baik, dia tanpa mencurigakan mengaitkan benang jahit tipis di baju si Wanita sambil dia lewat dibelakangnya ketika si Wanita sedang membeli lontong. si Wanita lalu pergi dari warung dan Awan terus mengulurkan benangnya. "Kali ini ga akan kehilangan lagi" pikirnya.

Benangnya terus mengulur panjang, dan Awan mengikutinya, terus, terus sampai belokan yang biasanya si Wanita menghilang. Kali ini benang terus mengulur agak cepat dan tiba-tiba berhenti. Awan yang sekarang tidak kehilangan jejak lalu mengikuti benang di bawah langit yang mulai gelap karena sudah melampaui waktu maghrib. Tak tertuliskan kagetnya Awan ketika tahu benangnya berakhir dimana, demi tuHAAAAAAAAAAAAAAH dia tidak menyangka kalau benang yang dia kaitkan di baju si Wanita cantik tersebut berkahir masuk ke dalam sebuah kuburan yang masih merah.

Saking kagetnya Awan lalu berlari dan mencari Pak Haji Gofur yang ada di daerah desanya. Lalu diceritakanlah semua yang dia tahu tentang si Wanita lontong tersebut. Pak Haji dan beberapa santri serta Awan menuju ke kuburanyang ditunjukan oleh Awan. Setelah sampai, dengan insruksi dari Pak Haji, para santri lalu menggali tanah kuburan tersebut. Tak lama kemudian, terlihatlah sosok mayat yang masih baru dengan kain kafannya dan bercak-bercak darah bercampur noda tanah.

Ketika tanah semakin dalam digali dan mayat semakin jelas terlihat, para santri mengucapkan istigfar dengan keras sehingga Pak Haji Gofur dan Awan seketika melihat ke dalam liang lahat dengan hanya bantuan petromak. Seorang bayi yang sedang tertidur pulas meringkuk disebelah mayat dengan tangan mayat tersebut seolah memeluk si bayi, dan di sekitarnya berserakan daun pisang bekas lontong dan remah-remah lontong yang masih banyak di sekitar mulut dan kepala si bayi. Salah satu santri lalu menggendong si bayi dari dalam kubur lalu menyerahkan kepada Pak Haji Gofur, Pak Haji menyelimutinya dengan kain sorbannya. Benang jahit yang dikaitkan ke pakaian wanita tadi, sekarang mengait di kain kafan mayat. Setelah semuanya selesai, Pak Haji lalu menginstruksikan untuk mengubur kembali mayat tersebut dan didoakan kembali.

Bayi tersebut kemudian diurus oleh Pak Haji Gofur, si Wanita tidak pernah datang lagi ke Warung Ma Ici, dan Awan tampaknya masih shock, dia sakit seminggu dan baru bisa kerja minggu berikutnya. Sekarang si Bayi sudah kuliah di salah satu universitas di Bandung, tanpa tahu cerita dibalik kehadirannya di tengah-tengah keluarga Pak Haji Gofur.

No comments:

Post a Comment