Thursday 16 May 2013

#MalJumCeria Murid Baru

Hari senin biasa ketika aku masuk kelas XII IPS 7 di SMA yang termasuk favorit di Kota Kembang ini. "ah, malesnya mesti upacara" eluhku dalam hati. Oh iya, sebelumnya perkenalkan nama aku Ratih Sudrajat, mojang Bandung asli. Puji sukur saya bisa melanjutkan sekolah di SMA favorit ini, tidak semua orang seberuntung saya.

Upacara berjalan seperti biasanya, pegal dan panas walau pun dipagi yang sejuk ini. Setelah upacara bendera, saya dan teman-teman lainnya masuk kelas masing-masing, kelas kami pelajaran pertamanya Matematika oleh Bu Hayati. Masih senin pagi biasa dan tidak ada yang aneh. Sampai .....

Bu Hayati tiba-tiba menyuruh kami menyimpan buku cetak dan tulis kami kembali ke dalam tas, "ulangan" katanya, hatiku mencelos, semalam ga belajar sedikit pun, gara-gara film yang diputar di TV jadi tidur larut. Ya mau ga mau dengan gemuruh celoteh dan umpatan-umpatan teman lainnya, kami mengerjakan soal-soal yang dibagikan dari kertas fotokopian oleh Bu Hayati.

Tapi walau pun ini senin pagi yang biasa dan cuaca diluar begitu cerahnya, tampak ada yang mengganjal di mataku, mungkin cileuh, ah aku sudah membersihkan dan menggosoknya tadi pagi kok sehabis mandi. "Aya naon nyak?, asa aya nu aneh, tapi naon ..." (apa ya? Kayak ada yang aneh, tapi apa?).

"Tih, Ratih, no.2 jawabannya akar 45 bukan?". Bisik temanku, Yusi.

"Teuing, teu nyaho, nomor 1 ge acan dikerjakeun .... " sahutku. Kami memang terbiasa berbicara sunda agak kasar, sudah akrab ini.

Aku memutar leherku ke kiri sampai terlihat teman paling belakang, masih ga ada yang aneh. Lalu ku putar leherku ke kanan hingga Bu Hayati berdesis tepat di depanku "Mau nyari jawaban di mana Ratih, kalau ada yang kurang mengerti tanya langsung ke Ibu aja" dengan muka datarnya.

"Oh enggak Bu, cuma geleng-geleng aja kok" bantahku, bodoh.

Aku kembali mengerjakan soal yang aku tidak mengerti. Aku aja ga ngerti apa yang aku ga ngerti, parah nih soal. Sampai ketika tiba-tiba aku melihat ke arah kanan ujung paling belakang, ada seorang wanita, duduk menunduk dengan rambut jatuh di depan wajahnya, aku tidak mengenal siapa dia, mungkin dia murid baru, mungkin. Soalnya sabtu kemarin aku ga masuk sekolah, biasa ... hari pertama selalu mengganggu.

"La, Nola, ppppssssttttt NOLA .. " bisikku pada Nola yang duduk di depan wanita itu.

"Naon sih ah.." gerutu Nola.

"Belakang kamu murid baru?" padahal bisa saja aku bertanya setelah ulangan ini selesai, agak riskan juga, lagi sepi-sepi gini, angin aja sampai terdengar desaunya, aku dengan cueknya bertanya yang ga penting. Tapi aku penasaran, benar-benar penasaran.

"Entar ah, tuh takutnya si Ibu liatin lagi ... " Nola kembali mengerjakan.

Aku masih penasaran nih, wanita itu terlihat beda dari teman lainnya, kulit tangan dan kakinya putih bersih, tidak .... tepatnya terlihat pucat, bukan putih. Rambutnya agak-agak coklat, coklat orang-orang bule gitu. "oh mungkin dia salah satu pertukaran siswa" batinku menebak. Karena penasaran, aku kebali melihat ke arah kanan. Eh eh eh, dia tidak duduk di belakang lagi, tapi sekarang sudah di bangku sebelah kiri Nola. Aku bahkan tidak ingat siapa tadi yang duduk di sebelah kiri Nola. Aku mulai merinding, entah karena angin yang sedari tadi berhembus masuk dari jendela lantai 2 kelasku ini, atau merinding hal lainnya. Senin biasaku mulai menguap.

Aku kembali konsentrasi mengerjakan soal ulanganku ini, yang setengahnya pun belum ku kukerjakan. Ah susah sekali berkonsentrasi jika hati masih penasaran. Aku kembali menoleh ke kanan, jarak bangku Nola dan aku hanya terpisah 3 bangku, dan wanita tersebut sekarang sudah duduk 2 bangku di belakangku, maju 1 bangku dari terakhir aku lihat. Aku melihat teman-teman lain, serasa tidak ada yang aneh, mereka menunduk mengerjakan soal ulangan. "Ya Tuhan, siapa dia?" hatiku merengek.

Aku tidak ingin menengok, karena memang takut, tapi penasaran mengalahkan semuanya. Aku kembali memutar kepalaku ke kanan, pelan, pelan, pelan, ternyata dia sudah maju 1 bangku lagi dan teman lainnya tampak biasa saja, tapi sekarang dia tidak menunduk lagi. Dia duduk tegak, wajahnya pucat, cantik tapi ada sesuatu dari wajahnya yang membuat aku bergidig. Dia balik menatapku, dengan tatapan sendu tapi tajam, yakin. Aku terkaget, ga mau melihat ke arah itu lagi.

Kaki ku mulai bergetar, telapak tangan berkeringat, tak tahan aku, lalu aku menoleh lagi, dia tidak ada, posisinya tadi sekarang diisi oleh Julian, karena memang disitu tempatnya. Aku mengedip-ngedipkan mataku, lalu sudut mataku menangkap sosok yang tidak biasa dibelakang bangku ku, biasanya disana duduk Lia, tapi sudut mataku mengatakan itu bukan rupa Lia. Aku memutar kembali kepalaku hingga hampir 180° diikuti oleh pergerakan badanku. Oh Tuhan, wanita itu kini dibelakangku, kemana Lia, tadi dia masih ada disana, duduk bareng denganku.

Lalu aku merasakan udara agak hangat di sebelah kuping kanan ku, kurasakan sentuhan-sentuhan rambut di leher dan pipiku, tapi itu bukan helaian rambutku, tapi helaian rambut wanita bule cantik tapi pucat itu. Tuhan, wajahnya sekarang ada di sebelah wajahku. Bulu kudukku berdiri, aku menutup mata rapat-rapat, lalu tiba-tiba terdengar suara, suara remaja putri tapi agak parau dan pelan, berbisik tapi jelas, diiringi tawa kecil dan singkat "Aku tahu kau bisa melihatku".

No comments:

Post a Comment