Thursday 23 May 2013

#MalJumCeria Lift

Pagi panas yang biasa bisa langsung tiba-tiba ceesssss dingin sesaat abis masuk pintu lobby kantor, ah segarnya. Lalu berdiri menunggu bersama segerombolan orang lainnya, demi masuk ke kotak yang terbuat dari besi berbentuk balok yang biasanya disebut lift di Britania Raya dan Elevator di Amerika Serikat. Lalu masuklah saya dan orang lainnya ke salah satu diantara empat lift yang ada dan menekan tombol 5, dimana ruangan kantor saya berada. Begitulah keseharian pagi saya pada hari kerja.

Ga cuma dua kali mamakai lift, pas masuk dan pulang kerja, kadang ditengah-tengah jam kantor, jika saya harus ke lantai 9 dan lantai 7 dimana para petinggi-petinggi perusahaan saya ada saya juga memakai benda berkatrol itu. Atau kadang saya pakai lift ke basement untuk salat, makan siang atau sekedar untuk jajan ke supermarket belakang kantor. Kadang sendirian atau bareng dengan teman.

Satu waktu, saya akan ke bawah dengan menggunakan lift, sendirian. Ga ada perasaan aneh,
biasa aja, selama 6 bulan di gedung ini ga pernah ngalamin hal-hal mistis atau lainnya. Lift terbuka, didalamnya sudah ada tiga petugas janitor yang sedang bercakap-cakap.
"lu turun disini" kata petugas satu ke petugas lainnya ketika lift yang saya naiki terbuka kembali di lantai 11.
"iya nih, gue kebagian disini" kata petugas yang mau turun.
"hati-hati aja yak" sambil terkekeh pelan penuh maksud, dengan aksen betawi yang lumayan kental.

Saya hanya diam, sambil penasaran apa yang dimaksud oleh petugas janitor dengan kata "hati-hati"nya itu. Penasaran saya ga berlangsung lama, soalnya mereka langsung asik ngobrol, serasa itu lift milik mereka dan saya invisible.
"lu denger ga cerita si (sebut saja) mamat, die nemuin juga katanya, sama sih sama yang pernah diceritain orang, cewek baju merah ye katanya" janitor satu memulai percakapan.
"beneran lu, gue juga pernah denger sik, tapi gue ga pernah liat, iyak sih, di 11 (baca: lantai 11) sepi bener, dikit karyawannya" janitor dua menanggapi. Kemudian hening.
Sampai lantai 1, saya dan kedua petugas janitor itu turun.

Ketika akan naik lagi ke 5, saya agak ngeri juga kalau sampai sendirian di lift, emang ga lama sih dari 1 - 5, paling cuma 10 detikan. Lift terbuka, saya naik (perasaan) sendirian, dinding lift tersebut dilapisi besi pantul sehingga kita bisa bercermin dan memantulkan objek di dalamnya. Lalu saya mendekatkan muka ke dinding lift seraya mengusap sambil menutup seluruh wajah lalu ketika membuka wajah kembali, dibelakang saya ada wanita tinggi putih cantik berbaju merah sedang melihat ke nomor digital di atas pintu lift yang sekarang menunjukan angka 2. Saya agak kaget, soalnya tadi pas masuk di lantai 1, perasaan saya sendirian (masih berpikiran positif), nomor digital menunjukana angka 6, ah ternyata saya lupa neken tombol 5. Mana pemberhentian selanjutnya lantai 11 lagi, paling atas, yang pasti wanita itu yang keluar, ga ada orang lagi soalnya. Dari tadi kok diliat itu wanita liat mulu ke angka digital ya? Ga memalingkan pandangannya ke arah lain. Ga beberapa lama, pintu terbuka di 11, wanita itu jalan ke depan dan keluar, wajahnya tanpa ekspresi, tapi memang wajah-wajah karyawan Jakarta kebanyakan tanpa ekspresi, mungkin cape. Tapi ketika pintu lift mau menutup, tak ada tanda-tanda dia belok kiri atau kanan, (tampak seperti) menghilang begitu saja. Ya sudah lah, siapa tau itu bukan yang dimaksud para petugas janitor yang tadi. Lalu saya keluar di lantai 5 dengan wajah yang biasa saja tapi hati glek sooorrr.

No comments:

Post a Comment