Thursday 30 May 2013

#MalJumCeria Budak Hideung

~Dari kisah nyata seorang kenalan~

Jaman-jaman SMP jamannya peralihan dari anak kecil menjadi "sok gede". Segala pengen sendiri, udah mulai ikut-ikut ekstrakulikuler di sekolah. Apakah itu Paskribra (karena tertarik seragamnya yang tampak gagah kalau dikenakan), PMR (gaya aja gitu bisa nolongin orang), OSIS (kesannya organisasi paling tinggi di sekolah) atau Pramuka (buat yang suka berbau-bau alam, eh sekarang masih ada ini organisasi?).

Begitu pun Yadi, beranjak agak dewasa, dia ingin ikut kelompok dari ekstrakulikulernya untuk kemping di Pangalengan. Ceritanya, tibalah Yadi dan kelompoknya di Pangalengan untuk kemping,
malam pengakraban antar anggota baru pramuka. Acara demi acara dilalui, hingga ketika sekitar jam 5 sore acara dibebaskan dan kumpul lagi setelah waktu isya untuk acara api unggun.

Yadi dan temannya yang baru sekali itu ke pangalengan, begitu takjub dengan hamparan luas kebun teh yang ada dibawah lokasi kemah mereka. Dia berlari menuju kebun teh tersebut, sementara temannya hanya melihat saja dari kejauhan.

"Pamali ah Di, ga akan ikut ke kebun teh, sareupna (waktu rawan hal mistis menjelang maghrib, budaya Sunda)" kata Herman, teman sekelompoknya.
"Sebentar aja, mau liat doang hehe" Yadi cekikikan.

Nekatlah Yadi ke kebun teh sendirian, dia merasa senang melihat hamparan hijaunya tanaman-tanaman teh, maklum dari kecil dia tinggal di tengah kota. Kadang lari kecil, kadang jalan, kadang sambil memungut batu-batu kecil yang menurutnya menarik, lalu tiba-tiba ketika Yadi memungut batu yang berwarna biru berkilau di tengah-tengah kebun teh, ada sosok yang mengintipnya dari pinggir tanaman teh di belokan jalan setapak di depan Yadi, sosok itu tak pernah dilihat Yadi sebelumnya. Sosok anak kecil, sangat hitam, dengan mata kuning keemasan yang seperti bercahaya, terlihat bercahaya karena langit sudah mulai menghitam. Ketika dia mau menghampirinya, si sosok tersebut berlari, kencang sekali, gak terkejar oleh Yadi.

Yadi tak menghiraukannya, lalu dia kembali berjalan ke tempat kemahnya. Ketika berjalan, si anak hitam tadi tiba-tiba ada di depannya, jongkok sambil membelakangi, tapi wajah hitam dan botaknya melihat kepadanya dengan matanya yang kuning. Lalu kembali berlari, cepat sekali. Yadi takut sekaligus penasaran, siapa sebenarnya anak itu "mungkin anak desa sini" pikirnya mengalihkan ketakutan hatinya.

Sampailah dia di kemah, dia bercerita kepada teman-temannya apa yang dialaminya di kebun teh. Anto segera menanggapi, seolah-olah takut ada yang mendahuli. "Eta ngarana budak hideung (itu namanya si anak hitam), suka ada di kebun-kebun atau hutan -hutan, termasuk jurig (hantu) sih, kayak kuntilanak dan sebagainya" ceritanya.
"tapi awas Yad, sekali dia menampakan diri ke kita, berarti dia pengen maen terus sama orang yang melihat penampakannya, diikutin biasanya" lanjut Anto.

"ah buktinya, sekarang dia ga ngikutin saya ke tenda ini, mana... mana... " sanggah Yadi, lalu ketawa, diikuti teman-temannya tertawa juga.

Memang benar sih, selama tiga hari dua malam Yadi di sana, si budak hideung tidak manampakan lagi. Nah, hari ketiga ini, anak-anak pramuka harus sudah beres-beres untuk pulang, semua tenda dirapihkan, semua sampah-sampah dikumpulkan dan dibuang, sehingga tempat kemping kembali bersih.
"ga ada kan To budak hideung teh hahaha" bela Yadi ketika akan naik truk tentara kembali ke sekolah.
"namanya juga 'katanya' Di, bisa iya bisa enggak hehe" bela Anto.

Malam itu Yadi sudah tiba di rumahnya, badannya serasa capek sekali setelah 2 malam antara tidur dan enggak di tempat kemping. Lalu dia masuk kamar sekitar jam 10 malam. Antara sadar tak sadar, dia seperti melihat sosok anak kecil itu lagi di dalam kamarnya, berjongkok di pojok sebrang dari pintu kamarnya, tapi Yadi hanya tersentak sebentar, pikirannya kabur, antara iya dan tidak. Lalu dia tidur.

Tengah malam, dia kednginan, susah sekali menarik selimut dari ujung tempat tidur itu, kakinya tambah pegal perasaan, ditambah dingin udara Bandung, pas banget buat tidur. Tapi ini selimut kok susah banget, pikir setengah sadarnya. Kakinya mana tambah malem tambah pegel juga, berat banget pas digerakin. Lalu dia berusaha membuka mata, menyapu keadaan kasur dengan matanya yang setengah terbuka, sampai pada satu titik matanya benar-benar terbuka, 100% terbuka lebar, hampir terbelalak dan rasa kantuknya hilang seketika, ketika dia melihat di kakinya, diatas selimut yang dia cari-cari. Sesosok hitam, kecil, kurus mendekap erat kakinya dengan kedua tangan dan kaki si budak hideung yang kurus itu, besarnya seperti anak 4 tahunan. Semakin lama Yadi melihat sosok mahkluk tersebut, lama kelamaan anak kecil itu melihat Yadi dengan mata kuningnya yang menyorot langsung ke mata Yadi yang masih terbelalak terbuka lebar, dan mulut si anak hitam itu menyeringai, memamerkan giginya yang terlihat putih bertolak belakang dari kulitnya yang hitam, lalu dia berbisik, pelan tapi melengking:

"Mau main?"

No comments:

Post a Comment