Sunday 15 January 2012

Surat #01 "Dear kamu, semoga kamu menyadarinya."

Dear kamu,

Saya memang bukan orang yang romantis, tidak pernah sekali pun menulis surat cinta sebelumnya. Kebetulan saya hidup di masa ketika saya puber (sampai sekarang mungkin masih masa puber karena masih jerawatan :D) sudah ada ponsel dan berhubungan dengan kamu bisa via sms dan telepon.

Tapi ketika pertama kali saya ketemu kamu, mungkin kamu tidak menyadarinya, saya ketemu kamu (tepatnya duduk bersebelahan) di angkot. Kita duduk bareng di depan, saya yang waktu itu naik duluan dan duduk di depan sudah ada rasa ketika pertama melihat kamu menunggu angkot di pinggir jalan. Untungnya dibelakang penuh sudah posisi 7-5 angkot jadi mau tidak mau karena sudah malam kamu naik juga duduk di depan bareng saya, sebelahan pasti, deg-degan? saya iya, kamu? mungkin tidak. Ternyata kamu turun sama dengan saya, hanya saja kamu langsung masuk gang, saya harus nyebrang lagi untuk menemukan kasur sang pelipur kantuk. Naik angkot waktu itu terasa lama, padahal hanya sekitar 15-20 menitan, tapi itu mungkin adalah

15-20 menitan paling deg-degan mengalahkan deg-degan nya pertama kali naik Tornado dan Kicir-kicir di dufan. Ketika kamu turun bareng dengan saya, tampak ada secercah harapan buat saya.

Beberapa hari kemudian, ketika akan menginjakkan kaki keluar rumah, ternyata kamu ada di pinggir jalan akan berangkat sekolah sama seperti saya. Saya lihat kamu bejalan, saya pun demikian, hey aku bukan stalker, kebetulan kita bertemu saja. Saya masih tidak tahu cara menyapa kamu duluan.

Berada di sekolah, ketika bubaran kelas, saya pulang seperti biasa, kamu?
ternyata sama juga, tapi kamu masih sama temen-temen kamu. Saya melewati kamu dengan sambil menatap wajah kamu yang memang menarik dan secara tiba-tiba kamu pun demikian. Penggerak badan di tulang belakang saya tiba-tiba kekurangan pelumas, tampak kesat untuk segera menoleh menghindari pandangan kamu. Dengan muka yang agak memerah saya berjalan lagi dengan masih penasaran.

Lama tak berjumpa lagi, beberapa minggu kemudian ketika saya akan membeli makanan di warung, saya lihat warung kosong tapi dengan secepat lampu menerangi ruangan tiba-tiba kamu datang dari arah belakang, memakai t-shirt putih, tampak sangat penuh keceriaan di wajah kamu dan pada hari itu saya baru mendengar suara kamu, memang sih sudah tidak ingat lagi, tapi setidaknya pernah mendengarnya.

Belum sadarkah kamu kalau beberapa kali kita sudah bertemu dengan tidak direncanakan, saya memang tidak percaya dengan “kebetulan” karena Tuhan sudah menuliskan segalanya, tapi mungkinkah Tuhan sudah menuliskan kita juga untuk tetap bertemu dan pada suatu saat bisa saling mengenal dan kita juga ..... ah saya berkhayal terlalu tinggi, pasti sangat sakit jika jatuh. Saya hanya berharap kamu bisa sadar juga. Untuk kamu, dearest kamu.

No comments:

Post a Comment